Selasa, 21 September 2010

LEBARAN YANG MODERNIS


Oleh: Drs. Nurdin Hasan, Mag.

Firman Allah Surat Ali Imran 112
 ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia”.
            Kita bersyukur kepada Allah SWT bahwa kita telah berhasil keluar sebagai pemenang, setelah berhasil melawan hawa nafsu atau mampu memerangi nafsu seksual maupun nafsu makan atau nafsu perut, kedua nafsu itu merupakan pokok pangkal segala macam penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani. Dari kedua nafsu itulah akan diikuti oleh nafsu-nafsu yang lain seperti nafsu kemegahan, kesombongan, keangkuhan, iri hati, hasud, dengki, dll.
            Dengan pola dukung 720 jam (30 X 24 jam) kita ditraining baik jasmani maupun rohani, pelatihan ini dengan maksud agar kita dapat mengenal Allah SWT. Ibadah puasa yang kita lakukan satu bulan penuh dengan diikuti rangkaian kegiatan berupa shalat malam, shodaqoh, infaq, tadarus al-Qur’an, dan amal-amal yang lain serta amal yang dilakukan pada malam lailatul qadar dan ditutup dengan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah maupun zakat maal dan diakhiri dengan shalat Idul Fitri.
       Tujuan akhir dari pada aktifitas yang kita lakukan adalah dapat mencapai prestasi amal yan tinggi yaitu suatu derajat yang paling tinggi disisi Allah yaitu taqwa, dengan Idul Fitri berarti kita kembali kepada kesucian.
Kata Id diambil dari akar kata yang berarti kembali yakni kembali ketempat atau keadaan semula, ini berarti bahwa sesuatu yang kembali pada suatu keadaan atau tempat kemudian meninggalkan tempat atau keadaan itu, hal ini dejelaskan  oleh kata fithr yang antara lain berarti asal kejadian, agama yang benar atau kesucian. Jadi Idul Fitri berarti kembalinya manusia ke keadaan yang  suci atau keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga ia berada dalam keadaan kesucian (Shihab 1996: 238)
Jadi dengan demikian berhalal bi halal merupakan suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan para pelakunya untuk meluruskan  benang kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya membeku sehingga mencair kembali, melepaskan ikatan  yang membelenggu serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghadang terjadinya keharmonisan hubungan antara sesama muslim,
Berhalal bil halal dengan kata lain adalah berlebaran yakni ”Acara maaf memaafkan pada hari lebaran ”
             Lebaran modern masa kini sangat memanjakan umat manusia untuk menyambut hari bermaaf-maafan yakni idul fitri dengan cara-cara yang tak terbatas waktu dan tempat, dengan maraknya pemakaian media elektronika dan komunikasi masyarakat lebih mudah untuk saling maaf memaafkan yakni dengan adanya Handphone dimana barang kecil ini sudah menjadi kebutuhan primer manusia millennium saat ini, sehingga mereka tinggal mengetik pesan dan permohonan maaf mereka melalui handphone tersebut atau yang dikenal dengan SMS, dalam hitungan detik permohonan maaf kita muncul di HP teman atau saudara yang hendak kita mintai maaf, demikian pula dengan media pertemanan melalui internet yang dikenal dengan Facebook, Twitter, E-Mail, bahkan melalui Handphone 3G.
            Media kartu lebaran yang kita kenal pada tahun 90-an sudah tergeser dengan media yang menggunakan gelombang elektromagnetik tersebut. Masa sebelum kita menggunakan media elektronik masih segar dalam ingatan kita bahwa masyarakat masih meminta bantuan Pak Pos untuk mengantarkan kata mutiara permintaan maaf kita melalui “Kartu Lebaran”, akan tetapi tradisi untuk saling berkunjung, saling bermaaf-maafan kepada tetangga masih sangat terjaga dan lestari khususnya di kampung-kampung dan di desa-desa mereka lebih memilih dan menganggap lebih afdhol bila bertemu langsung dan berjabat tangan.
Atau dengan mengumpulkan warga se RT untuk berhalal bil halal dalam satu RT bisa dilakukan se RW  kemudian ada acara ceramah dan ramah tamah dan diakhiri dengan saling bersalaman,ada juga model lain lagi agar lebih efektif dan efisien biasanya dilakukan dikantor-kantor,perguruan tinggi atau   masyarakat luas  sebab dengan acara seperti itu akan lebih efektif karena lebih memudahkan untuk bertemu saling memaafkan sehingga tidak perlu mengunjungi dari rumah-kerumah dan waktu lebih banyak lebih akrab lebih effisien  warga merasa puas saling memaafkan saling bertemu melepaskan rindu
Budaya mudik juga merupakan budaya yang sangat kental dan dilaksanakan secara rutin dengan pulang kampung mengunjungi keluarga sanak famili lebih-lebih mengunjungi kedua orang tua  untuk minta maaf dan restunya agar usahanya selalu lancar dan berhasil dirantau orang
Halal bi halal yang mengandung unsur pertama adalah unsur  silaturahmi artinya menyambung kasih sayang antara sesama muslim, silaturahmi selalu bergandengan dengan taqwa sehingga Nabi selalu menganjurkan umat Islam senantiasa menyambung silaturahmi, oleh Nabi diberi iming-iming yang pertama akan diberi rizki yang banyak dan dipanjangkan usianya, demikian sebaliknya orang yang memutuskan silaturahmi akan diancam oleh Allah tidak akan masuk surga.
Dengan silaturahmi kita senantiasa menjalin hubungan yang baik dan memelihara sumber rizki kita  
Rasulullah  saw bersabda:
 عَنْ اَنَس بن مَالك قَالَ سَمِعْت رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْل: مَنْ سره ان يبسط عَلَيْه رزقه اوينسأفىاثره فليصل رحمه
Artinya: “Dari anas bin Malik r.a katanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: siapa ingin rezekinya dilapangkan Allah atau usianya ingin dipanjangkan maka hendaklah dia berhun\bungan silaturahmi”. (HR. Imam Muslim)
      Sehingga Allah mengingatkan kepada kita bahwa orang itu senantiasa ditimpa kehinaan dimana saja mereka berada kecuali orang itu senantiasa memelihara hubungan dengan Allah dan memelihara hubungan dengan sesama manusia.
Firman Allah Surat Ali Imran 112
 ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia”.
            Unsur kedua adalah hubungan manusia dengan Allah, manusia adalah makhluk yang oleh Allah diciptakan untuk mengabdi dan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, untuk itu manusia oleh Allah dilengkapi dengan segala macam indera dan nafsu, diberi rizki, diciptakan bumi dan segala isinya untuk kepentingan manusia, namun manusia kadang-kadang dan bahkan kebanyakan mendurhakai nikmat Allah SWT, berbuat dosa terhadap Allah, jika manusia berbuat demikian berarti posisi manusia itu menjadi jauh akibat melanggar larangan Allah untuk mendekatkan diri kita dengan Allah tentu langkah pertama adalah bertaubat kepada-Nya, dengan taubat kepada Allah maka akan Allah  taubat kepada kita, artinya kembalinya manusia kepada Allah maka Allahpun akan kembali pada kita.
            Firman Allah:

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya”. (QS. At-Tahrim 8)
            Jadi taubat yang sebenar-benar taubat itu adalah menyadari akan kesalahan dan dosa yang telah diperbuat, menyesal atas perbuatan itu dan berjanji tidak mengulangi perbuatan tersebut, dengan demikian manusia bertaubat kepada Allah SWT maka Allah akan menghapuskan kesalahan kita atau menutup kesalahan kita.
            Firman Allah:
 .......وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ (9)
Artinya: “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya”. (QS. At-Taghabun: 9)
            Jadi dosa dapat ditoleransi oleh Allah akibat amal shaleh yang dilakukan manusia, kemudian Allah akan mengampuni dosa-dosa manusia dengan istilah Al-Ghufron atau Ghofaroh artinya mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuatnya.
            Firman Allah:
 ...وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ(286)
ِArtinya: “Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".(QS. Al-Baqarah: 286)
            Adapun sarana ketiga  adalah hubungan manusia dengan manusia terdiri dari dua bagian yaitu :
Pertama, Al-Afw (maaf). Dalam Al-Qur’an Allah senantiasa menganjurkan umat Islam untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang melakukan kesalahan kepada kita, akan tetapi kami yang disakiti itu hendaklah melakukan proaktif dalam memberi maaf kepada orang lain yang mendzalimi kita sebagaimana Allah berfirman:
...وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(22)
Artinya: “Hendaklah mereka mema`afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. An-Nur 22)
Kedua, Al-Shafh (lapang dada). Al-Shafh dapat diartikan kelapangan dada, kemudian menjadi mushafahat jabat tangan adalah lambang kesediaan seseorang untuk membuka lembaran baru dan tidak mengingat atau menggunakan lembaran lama sebab walaupun kesalahan telah terhapus kadang-kadang masih saja ada kekusutan masalah artinya kesediaan setiap orang yang beriman untuk melupakan masa lalu dan membuka lembaran hidup beru dengan tidak mengungkap atau mengungkit masa lalu, Insya Allah akan menghapuskan semua kesalahan yang kita lakukan. Perhatikan ayat berikut ini dan Hadits Rasulullah SAW:
َتصَافَحُوْايَذْ هَبِ الْغِلً عَنْ قُلوُ ْبِكُمْ (رواه لبيحق)
Artinya: Bersalam-salam, maka akan menghilangkan dendam yang ada di hatimu”. (HR. Baihaqi)
            Saling bersalaman beliau bersabda:

 مَامِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِبَانِ فَيَتصَافَحَاأِلٌَاغُفِرَ لهَمُاَقبَْلَ أَنْ يَتَفَرٌَقَا
Artinya: Tidak ada dua muslim bertemu lalu bersalaman melainkan diampuni dosa-dosanya”. (HR. Abu Dawud dan Al-Bahra)

Akhirnya marilah kita senantiasa memelihara hubungan kita dengan Allah swt salah satunya memperbanyak istigfar  dan memohon pengampunan kepada Allah swt.
  Marilah kita juga senantiasa mebudayakan silaturahmi dengan silaturahmi akan mempererat hubungan sesama muslim dan menghilangkan luka-luka dan menghilangkan sifat-sifat buruk lainnya,dengan saling memaafkan maka Allah pun pasti akan memaafkan juga.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar